Minggu, 16 November 2014

Wawancara Ekslusif dengan Masyamsul Huda Pengarang Novel : Guru Sejati


Pesantren merupakan tempat pengkaderan calon pemimpin umat. Dalam institusi pendidikan klasik, para santri diberikan ruang gerak untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Berorganisasi merupakan salah satu sarana santri untuk belajar kepemimpinan, manajerial, dan administratif. Tradisi berorganisasi dikalangan para santri khususnya santri Tebuireng sudah lama terbangun dan berjalan. Kendati demikian, semangat berorganisasi dikalangan para santri selama ini cenderung menurun. Nah, inilah yang menjadi catatan bersama untuk bersama-sama menghidupkan dan menggerakan para santri untuk aktif berorganiasi. Dalam kesempatan ini, kru wartawan TBI mewancarai Masyamsul, penulis sekaligus alumnus pesantren Tebuireng yang kini bermukim di Jakarta.

Apa yang dimaksud dengan “berorganisasi” menurut Bapak?

“Berorganisasi itu berbicara tentang membangun infranstruktur tentang setiap orang mengerjakan apa, setiap orang duduk sebagai apa. Artinya setiap job description setiap orang itu harus jelas, supaya dalam pergerakan itu semua akan bertanggung jawab terhadap job descriptionnya masing-masing. Tidak ada orang itu menjadi sesuatu yang baik. Misalnya dalam organisasi sholat, sebaiknya yang muadzin sendiri yang imam sendiri dan yang iqomah sendiri, apalagi sholatnya semisal sholat jumat. Itu adalah contoh organisasi yang dalam kehidupan sehari-hari kita temui. Maka setelah kita membagi tugas maka orang itu akan bertanggung jawab terhadap tugas masing-masing. Kemudian infrastruktur itu bisa terbangun.

Seberapa penting berorganisasi di lingkungan pondok pesantren?

Ya penting sekali, mungkin sekarang sudah kendor ya. Maksudnya tidak semangat seperti dahulu. Membuat kegiatan-kegiatan yang  berkompetensi dan berkompetisi. Seperti orda-orda yang sangat padat sekali kegiatannya. Padat kegiatan ini adalah sebuah perencaan dari organisisi pondok untuk menghidupkan organisasi-organisasi kecil berupa klaster-klaster ini menjadi sesuatu yang tidak membosankan, sehingga setiap orang itu senang dan antusias. Setelah hukum dasar ini, orang kan ingin terkenal. Setiap orang paling tidak mengenal dunia organisasi.

Mengatur organisasi yang baik itu seperti apa?

Untuk organisasi yang baik itu tergantung pemimpinnya juga. Pemimpin itu figur panutan yang menjadi motor pergerakan yang ibarat main bola dia adalah kapten kesebelasan yang dia itu bisa mengatur teman-temannya. Setiap gerak-geraknya itu adalah kegiatan organisasi, artinya semua itu tidak terlepas dari pantauannya. ketiak ban kapten itu sudah ada di lengan, dia tahu jabatannya apa, tugasnya apa, konsekuensinya apa begitu.

Bagaimana dengan stetemen beberapa orang yang menganggap berorganisasi itu sama dengan merusak kegiatan yang lain, semisal pelajar dengan belajarnya, pekerja dengan pekerjaanya dll, fenomena ini penyebabnya apa, Pak?

Sebenarnya ini itu tergantung pada bagaimana cara pengorganisasiannya, ketika dia bisa dengan baik mengorganisir kegiatannya dengan sempurna, maka ya tidak ada masalah. Ketidakadaan organisasi yang baik akan mengakibatkan tidak terencanya kegiatan-kegiatan dalam kehidupan. Artinya, tanpa kita mengikuti organisasi, setiap individu itu adalah organisasi. Artinya kita punya jadwal dan aturan main yang kita sepakati sendiri. jika seseorang tidak mempunyai aturan dan waktu, bisa dikatakan orang ini tidak punya tujuan. Ketika dia tidak mampu untuk mengatur itu semua kegiatannya, tidak bisa menjadwalkan waktu, dan tidak bertanggungjawab terhadap tugasnya, apalagi tidak punya tujuan terhadap yang dia kehendaki, buat saya dia tidak layak disebut manusia.

Bagaimana menjaga spirit berorganisasi?

Menjaga spirit organisasi itu kuncinya sadar diri. Siapa dia, tugasnya apa, sebagai apa. Misal sebagai laki-laki yang dikatakan qowwam alan nisa’ ya harus bener memposisikan diri berada dibarisan pemimpin untuk “ngopeni keluarga”. Buat saya organisasi terkecil itu ya diri sendiri. karena mustahil spirit itu muncul tanpa didasari oleh kesadaran akan dirinya sendiri. Kalau laki-laki ini melupakan kodratnya, ya jangan jadi laki-laki, jadi saja perempuan. Artinya apa, kita jadwal untuk belajar, tanpa belajar kita akan kehilangan kesempatan kita untuk tapat waktu.
Ketidaktepatan waktu ini akan mengganggu ketika orang lain sudah melompat lebih tinggi, masih start, ketika orang pada bekerja, kita masih belajar, ketika orang sudah menika kita masih bekerja, ketika orang sudah punya orang anak, kita baru menikah. Ada keterlambatan yang kita sengaja karena  ketidak mampuan kita mengatur diri sendiri. Bakat kita sebenarnya itu sudah ada dalam orang tua kita. kecenderungan kepada orang tua itu wajar saja. Artinya ada contoh dari orang tua kita yang kita harus dikupas dan dikembangkan lagi. melihat kemampuan diri kita itu lebih penting. Usia 0-5 tahun itu usia rentan mengikuti pola perbuatan orang tua. Jadi tidak usah jauh, bakat yang turun menurun itu baru kemudian kita kembangkan dengan bidang lain dan organasasi lain.

Apa yang bisa kita petik dari ikut berorganisasi?

Yang penting adalah beroganisasi itu melihat pada apa yang sudah ada dalam diri kita, tingga kita optimalkan, kita kembangkan begitu. Berbahagialah para santri yang punya kesempatan mondok disini, karena Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari sudah membuat guiden atau metode dalam kitab adabul alim wal muta’allim. Sebetulnya sudah dicatat lengkap. Maksudnya adalah ketika kalian mau berorganisasi cukup membaca dan mengkaji kitab tersebut saja Anda akan bisa menjalankan semuanya dengan baik. Semua makanan sudah dihidangkan tinggal jalan saja. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar