Pesantren
merupakan tempat pengkaderan calon pemimpin umat. Dalam institusi pendidikan
klasik, para santri diberikan ruang gerak untuk mengembangkan potensi yang
dimiliki. Berorganisasi merupakan salah satu sarana santri untuk belajar
kepemimpinan, manajerial, dan administratif. Tradisi berorganisasi dikalangan
para santri khususnya santri Tebuireng sudah lama terbangun dan berjalan.
Kendati demikian, semangat berorganisasi dikalangan para santri selama ini
cenderung menurun. Nah, inilah yang menjadi catatan bersama untuk bersama-sama
menghidupkan dan menggerakan para santri untuk aktif berorganiasi. Dalam
kesempatan ini, kru wartawan TBI mewancarai Masyamsul, penulis sekaligus
alumnus pesantren Tebuireng yang kini bermukim di Jakarta.
Apa
yang dimaksud dengan “berorganisasi” menurut Bapak?
“Berorganisasi
itu berbicara tentang membangun infranstruktur tentang setiap orang mengerjakan
apa, setiap orang duduk sebagai apa. Artinya setiap job description setiap
orang itu harus jelas, supaya dalam pergerakan itu semua akan bertanggung jawab
terhadap job descriptionnya masing-masing. Tidak ada orang itu menjadi sesuatu
yang baik. Misalnya dalam organisasi sholat, sebaiknya yang muadzin sendiri
yang imam sendiri dan yang iqomah sendiri, apalagi sholatnya semisal sholat
jumat. Itu adalah contoh organisasi yang dalam kehidupan sehari-hari kita
temui. Maka setelah kita membagi tugas maka orang itu akan bertanggung jawab
terhadap tugas masing-masing. Kemudian infrastruktur itu bisa terbangun.
Seberapa
penting berorganisasi di lingkungan pondok pesantren?
Ya
penting sekali, mungkin sekarang sudah kendor ya. Maksudnya tidak semangat
seperti dahulu. Membuat kegiatan-kegiatan yang
berkompetensi dan berkompetisi. Seperti orda-orda yang sangat padat
sekali kegiatannya. Padat kegiatan ini adalah sebuah perencaan dari organisisi
pondok untuk menghidupkan organisasi-organisasi kecil berupa klaster-klaster
ini menjadi sesuatu yang tidak membosankan, sehingga setiap orang itu senang
dan antusias. Setelah hukum dasar ini, orang kan ingin terkenal. Setiap orang
paling tidak mengenal dunia organisasi.
Mengatur
organisasi yang baik itu seperti apa?
Untuk
organisasi yang baik itu tergantung pemimpinnya juga. Pemimpin itu figur
panutan yang menjadi motor pergerakan yang ibarat main bola dia adalah kapten
kesebelasan yang dia itu bisa mengatur teman-temannya. Setiap gerak-geraknya
itu adalah kegiatan organisasi, artinya semua itu tidak terlepas dari
pantauannya. ketiak ban kapten itu sudah ada di lengan, dia tahu jabatannya
apa, tugasnya apa, konsekuensinya apa begitu.
Bagaimana
dengan stetemen beberapa orang yang menganggap berorganisasi itu sama dengan
merusak kegiatan yang lain, semisal pelajar dengan belajarnya, pekerja dengan
pekerjaanya dll, fenomena ini penyebabnya apa, Pak?
Sebenarnya
ini itu tergantung pada bagaimana cara pengorganisasiannya, ketika dia bisa
dengan baik mengorganisir kegiatannya dengan sempurna, maka ya tidak ada
masalah. Ketidakadaan organisasi yang baik akan mengakibatkan tidak terencanya
kegiatan-kegiatan dalam kehidupan. Artinya, tanpa kita mengikuti organisasi,
setiap individu itu adalah organisasi. Artinya kita punya jadwal dan aturan
main yang kita sepakati sendiri. jika seseorang tidak mempunyai aturan dan
waktu, bisa dikatakan orang ini tidak punya tujuan. Ketika dia tidak mampu
untuk mengatur itu semua kegiatannya, tidak bisa menjadwalkan waktu, dan tidak
bertanggungjawab terhadap tugasnya, apalagi tidak punya tujuan terhadap yang
dia kehendaki, buat saya dia tidak layak disebut manusia.
Bagaimana
menjaga spirit berorganisasi?
Menjaga
spirit organisasi itu kuncinya sadar diri. Siapa dia, tugasnya apa, sebagai
apa. Misal sebagai laki-laki yang dikatakan qowwam alan nisa’ ya harus bener
memposisikan diri berada dibarisan pemimpin untuk “ngopeni keluarga”.
Buat saya organisasi terkecil itu ya diri sendiri. karena mustahil spirit itu
muncul tanpa didasari oleh kesadaran akan dirinya sendiri. Kalau laki-laki ini
melupakan kodratnya, ya jangan jadi laki-laki, jadi saja perempuan. Artinya
apa, kita jadwal untuk belajar, tanpa belajar kita akan kehilangan kesempatan kita
untuk tapat waktu.
Ketidaktepatan
waktu ini akan mengganggu ketika orang lain sudah melompat lebih tinggi, masih
start, ketika orang pada bekerja, kita masih belajar, ketika orang sudah menika
kita masih bekerja, ketika orang sudah punya orang anak, kita baru menikah. Ada
keterlambatan yang kita sengaja karena
ketidak mampuan kita mengatur diri sendiri. Bakat kita sebenarnya itu
sudah ada dalam orang tua kita. kecenderungan kepada orang tua itu wajar saja.
Artinya ada contoh dari orang tua kita yang kita harus dikupas dan dikembangkan
lagi. melihat kemampuan diri kita itu lebih penting. Usia 0-5 tahun itu usia
rentan mengikuti pola perbuatan orang tua. Jadi tidak usah jauh, bakat yang
turun menurun itu baru kemudian kita kembangkan dengan bidang lain dan
organasasi lain.
Apa
yang bisa kita petik dari ikut berorganisasi?
Yang
penting adalah beroganisasi itu melihat pada apa yang sudah ada dalam diri
kita, tingga kita optimalkan, kita kembangkan begitu. Berbahagialah para santri
yang punya kesempatan mondok disini, karena Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari
sudah membuat guiden atau metode dalam kitab adabul alim wal muta’allim.
Sebetulnya sudah dicatat lengkap. Maksudnya adalah ketika kalian mau
berorganisasi cukup membaca dan mengkaji kitab tersebut saja Anda akan bisa
menjalankan semuanya dengan baik. Semua makanan sudah dihidangkan tinggal jalan
saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar