Pikiranku melayang
Menuju ruang hampa akan rasa
Tiada terkaan angin menjelma
Menjadi bercampur debu debu kotor
Sehingga mataku terlilip olehnya
Air mata tak akan keluar dari mata
Tapi akan keluar dari hati dengan campur darah
Warna mendelima, langkahnya suatu fenomena
Membusuk, seperti baru saja ditusuk
Itu adalah air mata penyesalan
Atas dosa-dosa, yang jika diukur,
Lebih tinggi dari Everest, lebih luas dari Pasifik
Hingga tak tahu lagi, adakah kartu biru di dapat
Bagaimana bisa membuka lembaran baru
Kalau saja, diri berlumur oleh cairan magma
Magma neraka yang panas, berkubaran dengan api api
Membentuk percikan percikan besar
Entah sampai kapan ini terjadi
Aku lelah, letih, melemas anganku
Memecah otakku menjadi kepingan kepingan
Entah,bagaimana itu bisa terjadi
Kering sudah daun harapku
Gugur entah kemana arah jatuhnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar