a. al-Jahiz, si
Mutiara Hitam
Tidak banyak yang mengenal ilmuan ini. Ilmuan yang hadir memberikan
warna bagi peradaban umat islam dan sejarah perkembangan keilmuan islam. Beliau
lahir dari keluarga pedagang ikan di sebuah sudut kota Basrah, kota peradaban
islam kedua di zaman Abbasiyyah pada tahun 781 M. nama lengkapnya adalah Abu Amr Usman bin Bahr al-Kinani
al-Fuqaimi al-Bashri.
Kakek beliau adalah seorang budak negro dari Afrika Timur(bangsa Zinj). Datang
ke Basrah karena perbudakan.
Tumbuh dan berkembang di lingkungan sederhana bahkan bisa dikatakan
miskin, tidak membuat al-Jahiz kecil untuk pantang semangat menuntut ilmu.
Bahkan dikatakan ghirrohnya dalam keilmuan tersohor di antero Basrah melebihi
anak-anak orang kaya dan saudagar-saudagar sekalipun. Setiap hari ia berkerumun
diantara pemuda-pemuda masjid agung Baghdad, mengikuti berbagai diskusi yang
diadakan mereka, atau mengikuti kuliah para pakar filologi, leksikografi, dan
sastra.
Sehingga kemudian sepanjang riwayat kehidupannya tak terpisahkan dari
berbagai disiplin keilmuan. Ia bukan hanya memasuki ranah membaca dan menulis
karya ilmiyah, tapi masuk ke ranah penelitian, penemuan baru, dan eksperimen
hal-hal yang belum pernah ditemukan sebelumnya. Hal ini menjadikannya ilmuan
yang terkemuka hingga sekarang. Tapi namanya tergeser oleh para ilmuan barat
bahkan ada sebagian teorinya yang dianggap ditemukan oleh ilmuan barat.
Pencurian karya yang sebenarnya tertutupi secara umum.
b. Karir
keilmuannya
Semangat keilmuan al-Jahiz sudah tertata sejak dia kecil. Setiap ada
majlis ilmi pastilah dia tak pernah absen hadir. Kebiasaan itu ia bawa sampek
remaja. Ia pernah dibawakan ibunya senampan buku-buku dari berbagai keilmuan.
Betapa dia senang, dan berkata, “Aku akan bekerja, berjuang dan mencari nafkah
dengan menulis buku.”. Prinsip ini yang terus terpatri dalam sanubarinya.
Menempis bahwa anak kulit hitam adalah anak kaum budak dan hanya sebagai
pekerja. Kelak dialah yang memberikan semangat bagi kaum hitam untuk ikut
berkarya dan berpartisipasi dalam masa intelektualitas islam saat itu.
Bisa dikatakan al-Jahiz beruntung lahir dan hidup pada masa keemasan
islam. kalau boleh diibaratkan, islam saat itu sedang terbang ke angkasa,
menembus cakrawala dan mencoba mengamati isinya. Sedangkan eropa saat itu
tenggelam mungkin hingga ke dasar maghma. Kelam dan kejam. al-Jahiz tepat hidup
pada masa dua Kholifah besar Abbasyiah, Harun al-Rasyid dan putranya al-Ma’mun.
keuntungan-keuntungan inilah yang membuat perkembangannya dalam keilmuan
semakin diperhitungkan.
Karya pertama yang ia buat adalah sebuah artikel tentang institusi
kekhalifahan. Dari artikel ini ia semakin dikenal di kalangan ilmuan Basrah dan
menjadi titik awalnya dalam menulis. Setelah ia pindah ke Baghdad pada tahun
816 M, ia semakin mengepakkan sayapnya. Tapi tempat yang sesungguhnya baginya
dalam mengembangkan keilmuannya adalah Kota Samarah. Kota yang membuatnya jatuh
cinta karena ternyata keilmuan disini lebih maju dari pada Baghdad. Ketenangan
kota Samarah yang jauh dari hingar-bingar intrik politik dan pusat pasar dunia,
membuatnya lebih fokus. Disinilah sebagian besar karyanya ditulis. Karena
keilmuannya inilah, Khalifah al-Ma’mun pernah memintanya untuk menjadi guru
pagi anak-anaknya. Tapi setelah meninjau kerasnya al-Jahiz dalam menimba ilmu
dan membaca berbagai leteratur, membuatnya berpikir ulang dan akhirnya menolak.
Ia khawatir anaknya akan menderita kerusakan pada mata atau جاحظ العينين . Dari siniliah nama “al-Jahiz” melekat. Karena saking getolnya
dia menimba ilmu dan membaca buku sampai ia menderita kerusakan pada mata. Tapi tak
sia-sia karyanya lebih dari 200 buku dalam berbagai disiplin ilmu meliputi Prosa Arab, Sastra
Arab, Biologi, Zoologi, Sejarah, Filsafat Islam
awal, Psikologi Islam, Teologi (ajaran) Mu'tazilah dan Polemik
dalam politik-agama.
c.
Kecintaan al-Jahiz
pada buku dan ilmu
Tidak bisa diragukan lagi seorang
al-Jahiz adalah pecinta ilmu. Tiga
ratus enam puluh lebih karyanya tak mungkin tiba-tiba ada ujuk-ujuk.
Jelas memalui proses panjang, mulai dari membaca berbagai buku, penelitian,
eksperimen, bahkan berpindah tempat dan berbagai guru agar mendapatkan hasil
yang maksimal. Sejak kecil ia sudah mempelajari al-Qur’an, Hadist, fiqh,
teologi mu’tazilah, dan berbagai ilmu agama lain. Ia juga suka membaca
buku-buku biologi, filologi, sastra arab, bahkan filsafat. Bahkan ia adalah
penggemar karya Aristoteles. Yang banyak menginspirasinya dalam mengembangkan
keilmuanya.
al-Jahiz sering menyewa sebuah
perpustakaan untuk semalam. Sepanjang hari ia isi dengan membaca dan
menganalisa. Bahkan ia sering tidur ditemani buku-buku di sekitar ranjangnya.
Bahkan dalam kitabnya al-Hayawan, ia berkata,” Barangsiapa ketika membeli buku
tidak merasa gembira melebihi kegemberiaan membelanjakan harta untuk orang yang
dicintai, atau untuk mendirikan rumah, berarti belum dapat dia dikatakan
mencintai ilmu. Tidak berfaedah harta yang ia belanjakan sehingga ia lebih
mengutamakan untuk membeli buku, sebagaimana seorang badui yang kebih mengutamakan
susu untuk kudanya dibanding keluarganya.”
Bahkan dia mengarang syair yang khusus
untuk buku. Ini tentu sangat menarik. Kecintaannya pada buku sampai membuatnya
bersyair khusus untuk kekasihnya buku. Berikut terjemahan syairnya:
Buku adalah sahabat yang takkan pernah
memujimu
Juga adalah teman yang tak pernah
merayu-rayumu
Juga adalah sahabat yang tak akan
menyusahkanmu
Juga adalah sahabat yang tak akan
memperdayakanmu
Dan tak akan mempermainkanmu dengan
kemunafikan
Dan tak akan menipumu dengan suatu
kebohongan
Buku adalah penghibur terbaik dalam
satu jam penuh bersamanya
Dan wawasan terlengkap tentang
negeri-negeri asing
Dan penolong terhebat juga penghilang
duka
Dan bejana yang dipenuhi berbagai
keindahan
Dan tempat yang dipenuhi lelucon dan kebenaran
Kapankah kau memandangi indahnya taman
bunga hanya dari kepalan tangan
Dan kebun yang mengecil dalam pangkuan
Juga membicarakan orang-orang yang
telah meninggal
Dan menceritakan kisah-kisah tentang
seseorang?
Siapa lagi yang kau punya sebagai penghibur
yang tak akan
pernah tidur kecuali dengan terpejamnya
matamu
dan tidak berbicara melainkan sesuai
kehendakmu
yang paling percaya sedunia
dan yang paling bisa menjaga rahasia
diantara semua penjaga rahasia
Inilah bukti kecintan seoarang terhadap
ilmu melebihi kecintaanya pada yang lain. Tentu kita susah meniru si Mutiara
Hitam ini, tapi bisa dijadikan inspirasi untuk berkarya.
d.
Pemikiran-pemikiran
al-Jahiz
Sering kita mendengar dan mempelajari beberapa pemikiran barat yang
sangat spektakuler dan seakan menjadi revolusi baru bagi ilmu pengetahuan.
Tetapi bagaimana jadinya jika ternyata mereka bukanlah penemu pertama
teori-teori tersebut? begitu juga al-Jahiz, dunia keilmuan melupakan
jasa-jasanya dan mengklaim orang lain yang datang jauh setelahnya sebagai
penemu teorinya. Berikut beberapa pemikirannya.
1. Stuggle for existence(berjuang untuk bertahan hidup)
Ilmuwan dari abad ke-9 M itu mengungkapkan dampak lingkungan terhadap
kemungkinan seekor binatang untuk tetap bertahan hidup atau survive.Sejarah peradaban
Islam mencatat, Al-Jahiz sebagai ahli biologi pertama yang mengungkapkan teori
berjuang untuk tetap hidup alias struggle for existence. Untuk dapat bertahan
hidup, papar dia, mahluk hidup harus berjuang.
Sejak sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, semua pelajar di
Indonesia telah diperkenalkan dengan rantai makanan saat belajar
biologi. Namun, tahukah Anda bahwa ilmuwan pertama yang mengungkapkan
teori tentang rantai makanan itu adalah Al-Jahiz – ahli biologi Muslim? Teramat
banyak, pencapaian yang dihasilkan para sarjana Muslim yang disembunyikan oleh
peradaban Barat.
Al-Jahiz juga merupakan penganut awal determinisme lingkungan. Dia
berpendapat bahwa lingkungan dapat menentukan karakteristik fisik penghuni
sebuah komunitas tertentu. Menurut dia, asal muasal beragamnya warna kulit
manusia terjadi akibat hasil dari lingkungan tempat mereka tinggal.
Al-Jahiz pun tercatat sebagai ahli biologi pertama yang mencatat
perubahan hidup burung melalui migrasi. Tak cuma itu, pada abad ke-9 M.
Al-Jahiz sudah mampu menjelaskan metode memperoleh ammonia dari kotoran
binatang melalui penyulingan. Sosok dan pemikiran Al-Jahiz pun begitu
berpengaruh terhadap ilmuwan Persia, Al-Qazwini, dan ilmuwan Mesir, Al-Damiri.
Berkat teori-teori yang begitu cemerlang, Al-Jahiz pun dikenal
sebagai ahli biologi terbesar yang pernah lahir di dunia Islam. Ilmuwan
yang amat kesohor di kota Bashra, Irak, itu berhasil menuliskan
kitab Al-Hayawan (Buku tentang Hewan). Dalam kitab itu dia menulis
tentang kuman, teori evolusi, adaptasi, dan psikologi binatang.
2. Teori Evolusi
Kita pasti
mengenal Charles Darwin? Siapa dia? Kita mengenalnya sebagai penemu teori
fenomenal yang sekarang memang sudah terbantahkan, yakni teori Evolusi. Teori
yang mengatakan makhluk hidup bisa eksis disebabkan karena habitatnya yang
memperngaruhi kehidupan dan bentuknya. Bagaimana ternyata jika Darwin sendiri
tidak memecahkan kebuntuhan teori ini. Bagaimana lagi jika penemu pertamanya
ternyata bukan bang Darwin? Penemu yang sesungguhnya adalah seorang muslim
negro ketururunan budak Afrika Timur dan lahir di Basrah, Irak. Dialah al-Jahiz
si Mutiara Hitam.
Dalam Kitab Al Hayawan, al-Jahiz adalah orang
pertama yang mengeluarkan ide bahwa habitat hewan mempengaruhi kehidupan dan
bentuknya, yang mana dikemudian hari hal ini menjadi teori dasar dari
pembentukan Teori Evolusi Darwin dan merupakan hal yang tidak dapat dijawab
oleh Charles Darwin. Bahkan Darwin lahir10 abad setelah al-Jahiz yang lahir
tahun 781 M. sedangkan Darwin lahir 1801 M yang kemudian pada tahun 1859
mengarang buku On the Origine of Species. Bahkan, Jhon William Draper, ahli
biologi Barat yang sezaman dengan Charles Darwin pernah berujar, ''Teori
evolusi yang dikembangkan umat Islam lebih jauh dari yang seharusnya kita
lakukan. Para ahli biologi Muslim sampai meneliti berbagai hal tentang
anorganik serta mineral.''
Sebagai muslim kita seharusnya tahu itu, di
zaman law of Islamic sains intelektuality ini minimal kita mempelajari apa yang
pernah dibangun oleh ilmuan-ilmuan kita.
3.
Rantai makanan
Al-Jahiz juga orang yang pertama
kali membahas tentang rantai makanan, dan menulis contoh berikut dari
rantai makanan "Nyamuk akan pergi mencari makanan mereka, yang mereka tahu
secara naluri alamiah (insting) bahwa darah adalah hal yang membuat mereka
tetap hidup. Begitu mereka melihat gajah, kuda nil atau hewan lain, mereka tahu
bahwa kulit telah dibentuk untuk melayani mereka sebagai makanan, dan jatuh di
atasnya, mereka menusukan giginya sampai dia yakin bahwa kedalamannya telah
cukup untuk menghisap darah. Begitu juga lalat, walaupun mereka hinggap pada
berbagai jenis makanan, namun pada prinsipnya melakukan hal yang sama dengan
nyamuk. Dan pada kesimpulannya, semua hewan tidak bisa bertahan tanpa makanan,
ada yang dengan berburu hewan dan ada yang diburu."
Itulah beberapa pemikiran
spektakuler al-Jahiz yang sangat memberikan kontribusi besar dalam keilmuan
dunia.
e.
Karya al-Jahiz
Kitab al-Jahiz yang paling fenomenal
adalah Kitabu al-Hayawan. Kitab al-Hayawan adalah sebuah ensiklopedia dari tujuh
volume dari tulisan bebas, penjelasan puitis dan peribahasa menggambarkan lebih
dari 350 jenis binatang. Hal ini dianggap sebagai karya paling penting Al
Jahiz.
Dalam Kitab Al Hayawan, al-Jahiz
adalah orang pertama yang mengeluarkan ide bahwa habitat hewan mempengaruhi
kehidupan dan bentuknya, yang mana dikemudian hari hal ini menjadi teori dasar
dari pembentukan Teori Evolusi Darwin dan merupakan hal yang tidak dapat
dijawab oleh Charles Darwin. Al-Jahiz menganggap bahwa dampak lingkungan
berpengaruh terhadap kemungkinan seekor binatang untuk bertahan hidup, dan
hal pertama yang dilakukan ialah menggambarkan perjuangan untuk
keeksistensiannya dari keberlangsungan seleksi alam semenjak nenek moyang hewan
tersebut.Kesimpulan dari teori Al Jahiz tentang perjuangan untuk eksistensi
dalam Kitab Al Hayawan telah diringkas sebagai berikut:
"Hewan harus berjuang untuk
eksistensinya (jenisnya), untuk sumber daya yang tersisa, untuk menghindari
dimakan dan untuk berkembang biak. Faktor lingkungan turut mempengaruhi suatu
organisme untuk mengembangkan karakteristik baru untuk memastikan kelangsungan
hidup jenisnya akan berubah menjadi spesiaes yang baru. Hewan yang bertahan
akan berkembang biak dan mewariskan karakteristik (hasil perjuangan) mereka
kepada keturunan.”
Selain karya itu beliau juga
mengarang beberapa kitab lain seperti Kitab
al-Bukhala (Kitab Misers atau keserakahan & ketamakan) yaitu buku kumpulan
cerita tentang serakah. Humoris dan menyindir, itu adalah contoh terbaik dari
gaya prosa Al-Jahiz . Kitab ini mencerminkan penelitian mendalam dari seorang
manusia psikolog. Jahiz menertawakan guru-guru sekolah, pengemis, penyanyi dan
ahli-ahli Taurat untuk perilaku serakah mereka. Banyak cerita dari buku ini
yang terus dicetak ulang dalam majalah di seluruh dunia yang berbahasa Arab.
Buku ini dianggap sebagai salah satu karya terbaik Al Jahiz. Bahkan dalam buku
ini ia mengkritik kebakhilan Muawiyah bin Abi Sufyan dan filsuf al-Kindi.
Ada banyak karya lain
yang jumlahnya sekitar 360 buah buku. Seperti kitab Kitab al-Bayan
wa al-Tabyin (Buku kefasihan dan Penjelasan) buku terakhirnya, Kitab al
Jawari wal Moufakharat Ghilman (Kitab puji-pujian dari selir dan kasim) tentang
sensualitas pada zamanya, Mufakharat Risalat al-sudan 'ala al-bidan (Keunggulan
Si Hitam dari Si Putih) yang berisi penolakan terhadap politik apartheid yang
memojokkan kaum hitam.
f.
Wafatnya
al-Jahiz yang kontroversial
Al-Jahiz kembali ke Basra setelah
menghabiskan lebih dari lima puluh tahun di Baghdad. Dia meninggal di Basra
pada 869 M. Penyebab pasti kematian-Nya tidak jelas. Ada yang mengatakan dia
mati karena sakit. Tetapi kisah populer adalah bahwa sebuah kecelakaan, di mana
tumpukan buku-buku di perpustakaan pribadinya, terguling dan
menghimpitnya dan menyebabkan kematiannya. Ia meninggal pada usia 93. Beginilah
seorang ilmuan, pecinta buku, dan
penyuka eksperimen yang tidak pernah puas dengan capain ilmu yang ia dapatkan.
Sedangkan kita sekarang begitu mendapatkan sebuah prestasi kecil sudah
membesarkan kepala kita sebesar-besarnya sampai dunia kita kecil-kecilkan.
al-Jahiz memang sudah tiada, tapi karyanya, perjuangannya, semangatnya dalam
berkarya, dan kehidupanya tak akan pernah dilupakan. Kita sebagai muslim
sebaiknya membuka mata melek, bukan bersembunyi dalam ketiak sejarah. Kebebasan
berpikir dan berekspresi sekarang terkungkung oleh kamanjaan situasi dan
kondisi. Waktunya kita bertadabbur ikhwan. Semoga kisah kutu buku al-Jahiz,
sang Mutiara Hitam ini bisa menginspirasi kita. Selamat berjuang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar