Minggu, 16 November 2014

al-Jahiz, Ilmuan Muslim, Hidup-Mati untuk-karena Ilmu.


a.      al-Jahiz, si Mutiara Hitam
Tidak banyak yang mengenal ilmuan ini. Ilmuan yang hadir memberikan warna bagi peradaban umat islam dan sejarah perkembangan keilmuan islam. Beliau lahir dari keluarga pedagang ikan di sebuah sudut kota Basrah, kota peradaban islam kedua di zaman Abbasiyyah pada tahun 781 M. nama lengkapnya adalah Abu Amr Usman bin Bahr al-Kinani al-Fuqaimi al-Bashri. Kakek beliau adalah seorang budak negro dari Afrika Timur(bangsa Zinj). Datang ke Basrah karena perbudakan.
Tumbuh dan berkembang di lingkungan sederhana bahkan bisa dikatakan miskin, tidak membuat al-Jahiz kecil untuk pantang semangat menuntut ilmu. Bahkan dikatakan ghirrohnya dalam keilmuan tersohor di antero Basrah melebihi anak-anak orang kaya dan saudagar-saudagar sekalipun. Setiap hari ia berkerumun diantara pemuda-pemuda masjid agung Baghdad, mengikuti berbagai diskusi yang diadakan mereka, atau mengikuti kuliah para pakar filologi, leksikografi, dan sastra.
Sehingga kemudian sepanjang riwayat kehidupannya tak terpisahkan dari berbagai disiplin keilmuan. Ia bukan hanya memasuki ranah membaca dan menulis karya ilmiyah, tapi masuk ke ranah penelitian, penemuan baru, dan eksperimen hal-hal yang belum pernah ditemukan sebelumnya. Hal ini menjadikannya ilmuan yang terkemuka hingga sekarang. Tapi namanya tergeser oleh para ilmuan barat bahkan ada sebagian teorinya yang dianggap ditemukan oleh ilmuan barat. Pencurian karya yang sebenarnya tertutupi secara umum.


b.      Karir keilmuannya
Semangat keilmuan al-Jahiz sudah tertata sejak dia kecil. Setiap ada majlis ilmi pastilah dia tak pernah absen hadir. Kebiasaan itu ia bawa sampek remaja. Ia pernah dibawakan ibunya senampan buku-buku dari berbagai keilmuan. Betapa dia senang, dan berkata, “Aku akan bekerja, berjuang dan mencari nafkah dengan menulis buku.”. Prinsip ini yang terus terpatri dalam sanubarinya. Menempis bahwa anak kulit hitam adalah anak kaum budak dan hanya sebagai pekerja. Kelak dialah yang memberikan semangat bagi kaum hitam untuk ikut berkarya dan berpartisipasi dalam masa intelektualitas islam saat itu.
Bisa dikatakan al-Jahiz beruntung lahir dan hidup pada masa keemasan islam. kalau boleh diibaratkan, islam saat itu sedang terbang ke angkasa, menembus cakrawala dan mencoba mengamati isinya. Sedangkan eropa saat itu tenggelam mungkin hingga ke dasar maghma. Kelam dan kejam. al-Jahiz tepat hidup pada masa dua Kholifah besar Abbasyiah, Harun al-Rasyid dan putranya al-Ma’mun. keuntungan-keuntungan inilah yang membuat perkembangannya dalam keilmuan semakin diperhitungkan.
Karya pertama yang ia buat adalah sebuah artikel tentang institusi kekhalifahan. Dari artikel ini ia semakin dikenal di kalangan ilmuan Basrah dan menjadi titik awalnya dalam menulis. Setelah ia pindah ke Baghdad pada tahun 816 M, ia semakin mengepakkan sayapnya. Tapi tempat yang sesungguhnya baginya dalam mengembangkan keilmuannya adalah Kota Samarah. Kota yang membuatnya jatuh cinta karena ternyata keilmuan disini lebih maju dari pada Baghdad. Ketenangan kota Samarah yang jauh dari hingar-bingar intrik politik dan pusat pasar dunia, membuatnya lebih fokus. Disinilah sebagian besar karyanya ditulis. Karena keilmuannya inilah, Khalifah al-Ma’mun pernah memintanya untuk menjadi guru pagi anak-anaknya. Tapi setelah meninjau kerasnya al-Jahiz dalam menimba ilmu dan membaca berbagai leteratur, membuatnya berpikir ulang dan akhirnya menolak. Ia khawatir anaknya akan menderita kerusakan pada mata atau جاحظ العينين . Dari siniliah nama “al-Jahiz” melekat. Karena saking getolnya dia menimba ilmu dan membaca buku sampai ia menderita kerusakan pada mata. Tapi tak sia-sia karyanya lebih dari 200 buku dalam berbagai disiplin ilmu meliputi Prosa Arab, Sastra Arab, Biologi, Zoologi, Sejarah, Filsafat Islam awal, Psikologi Islam, Teologi (ajaran) Mu'tazilah dan Polemik dalam politik-agama.

c.       Kecintaan al-Jahiz pada buku dan ilmu
Tidak bisa diragukan lagi seorang al-Jahiz adalah pecinta ilmu. Tiga ratus enam puluh lebih karyanya tak mungkin tiba-tiba ada ujuk-ujuk. Jelas memalui proses panjang, mulai dari membaca berbagai buku, penelitian, eksperimen, bahkan berpindah tempat dan berbagai guru agar mendapatkan hasil yang maksimal. Sejak kecil ia sudah mempelajari al-Qur’an, Hadist, fiqh, teologi mu’tazilah, dan berbagai ilmu agama lain. Ia juga suka membaca buku-buku biologi, filologi, sastra arab, bahkan filsafat. Bahkan ia adalah penggemar karya Aristoteles. Yang banyak menginspirasinya dalam mengembangkan keilmuanya.
al-Jahiz sering menyewa sebuah perpustakaan untuk semalam. Sepanjang hari ia isi dengan membaca dan menganalisa. Bahkan ia sering tidur ditemani buku-buku di sekitar ranjangnya. Bahkan dalam kitabnya al-Hayawan, ia berkata,” Barangsiapa ketika membeli buku tidak merasa gembira melebihi kegemberiaan membelanjakan harta untuk orang yang dicintai, atau untuk mendirikan rumah, berarti belum dapat dia dikatakan mencintai ilmu. Tidak berfaedah harta yang ia belanjakan sehingga ia lebih mengutamakan untuk membeli buku, sebagaimana seorang badui yang kebih mengutamakan susu untuk kudanya dibanding keluarganya.”
Bahkan dia mengarang syair yang khusus untuk buku. Ini tentu sangat menarik. Kecintaannya pada buku sampai membuatnya bersyair khusus untuk kekasihnya buku. Berikut terjemahan syairnya:
Buku adalah sahabat yang takkan pernah memujimu
Juga adalah teman yang tak pernah merayu-rayumu
Juga adalah sahabat yang tak akan menyusahkanmu
Juga adalah sahabat yang tak akan memperdayakanmu
Dan tak akan mempermainkanmu dengan kemunafikan
Dan tak akan menipumu dengan suatu kebohongan

Buku adalah penghibur terbaik dalam satu jam penuh bersamanya
Dan wawasan terlengkap tentang negeri-negeri asing
Dan penolong terhebat juga penghilang duka
Dan bejana yang dipenuhi berbagai keindahan
Dan tempat yang dipenuhi lelucon dan kebenaran

Kapankah kau memandangi indahnya taman bunga hanya dari kepalan tangan
Dan kebun yang mengecil dalam pangkuan
Juga membicarakan orang-orang yang telah meninggal
Dan menceritakan kisah-kisah tentang seseorang?

Siapa lagi yang kau punya sebagai penghibur yang tak akan
pernah tidur kecuali dengan terpejamnya matamu
dan tidak berbicara melainkan sesuai kehendakmu
yang paling percaya sedunia
dan yang paling bisa menjaga rahasia diantara semua penjaga rahasia

Inilah bukti kecintan seoarang terhadap ilmu melebihi kecintaanya pada yang lain. Tentu kita susah meniru si Mutiara Hitam ini, tapi bisa dijadikan inspirasi untuk berkarya.

d.      Pemikiran-pemikiran al-Jahiz
Sering kita mendengar dan mempelajari beberapa pemikiran barat yang sangat spektakuler dan seakan menjadi revolusi baru bagi ilmu pengetahuan. Tetapi bagaimana jadinya jika ternyata mereka bukanlah penemu pertama teori-teori tersebut? begitu juga al-Jahiz, dunia keilmuan melupakan jasa-jasanya dan mengklaim orang lain yang datang jauh setelahnya sebagai penemu teorinya. Berikut beberapa pemikirannya.

1.      Stuggle for existence(berjuang untuk bertahan hidup)
Ilmuwan dari abad ke-9 M itu mengungkapkan dampak lingkungan terhadap kemungkinan seekor binatang untuk tetap bertahan hidup atau survive.Sejarah peradaban Islam mencatat, Al-Jahiz sebagai ahli biologi pertama yang mengungkapkan teori berjuang untuk tetap hidup alias struggle for existence. Untuk dapat bertahan hidup, papar dia, mahluk hidup harus berjuang.
Sejak sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, semua pelajar di Indonesia telah diperkenalkan dengan rantai makanan saat belajar biologi. Namun, tahukah Anda bahwa ilmuwan pertama yang mengungkapkan teori tentang rantai makanan itu adalah Al-Jahiz – ahli biologi Muslim? Teramat banyak, pencapaian yang dihasilkan para sarjana Muslim yang disembunyikan oleh peradaban Barat.
Al-Jahiz juga merupakan penganut awal determinisme lingkungan. Dia berpendapat bahwa lingkungan dapat menentukan karakteristik fisik penghuni sebuah komunitas tertentu. Menurut dia, asal muasal beragamnya warna kulit manusia terjadi akibat hasil dari lingkungan tempat mereka tinggal.
Al-Jahiz pun tercatat sebagai ahli biologi pertama yang mencatat perubahan hidup burung melalui migrasi. Tak cuma itu, pada abad ke-9 M. Al-Jahiz sudah mampu menjelaskan metode memperoleh ammonia dari kotoran binatang melalui penyulingan. Sosok dan pemikiran Al-Jahiz pun begitu berpengaruh terhadap ilmuwan Persia, Al-Qazwini, dan ilmuwan Mesir, Al-Damiri.
Berkat teori-teori yang begitu cemerlang, Al-Jahiz pun dikenal sebagai ahli biologi terbesar yang pernah lahir di dunia Islam. Ilmuwan yang amat kesohor di kota Bashra, Irak, itu berhasil menuliskan kitab Al-Hayawan (Buku tentang Hewan). Dalam kitab itu dia menulis tentang kuman, teori evolusi, adaptasi, dan psikologi binatang.

2.      Teori Evolusi
Kita pasti mengenal Charles Darwin? Siapa dia? Kita mengenalnya sebagai penemu teori fenomenal yang sekarang memang sudah terbantahkan, yakni teori Evolusi. Teori yang mengatakan makhluk hidup bisa eksis disebabkan karena habitatnya yang memperngaruhi kehidupan dan bentuknya. Bagaimana ternyata jika Darwin sendiri tidak memecahkan kebuntuhan teori ini. Bagaimana lagi jika penemu pertamanya ternyata bukan bang Darwin? Penemu yang sesungguhnya adalah seorang muslim negro ketururunan budak Afrika Timur dan lahir di Basrah, Irak. Dialah al-Jahiz si Mutiara Hitam.
Dalam Kitab Al Hayawan, al-Jahiz adalah orang pertama yang mengeluarkan ide bahwa habitat hewan mempengaruhi kehidupan dan bentuknya, yang mana dikemudian hari hal ini menjadi teori dasar dari pembentukan Teori Evolusi Darwin dan merupakan hal yang tidak dapat dijawab oleh Charles Darwin. Bahkan Darwin lahir10 abad setelah al-Jahiz yang lahir tahun 781 M. sedangkan Darwin lahir 1801 M yang kemudian pada tahun 1859 mengarang buku On the Origine of Species. Bahkan, Jhon William Draper, ahli biologi Barat yang sezaman dengan Charles Darwin pernah berujar, ''Teori evolusi yang dikembangkan umat Islam lebih jauh dari yang seharusnya kita lakukan. Para ahli biologi Muslim sampai meneliti berbagai hal tentang anorganik serta mineral.''
 Sebagai muslim kita seharusnya tahu itu, di zaman law of Islamic sains intelektuality ini minimal kita mempelajari apa yang pernah dibangun oleh ilmuan-ilmuan kita.

3.      Rantai makanan
Al-Jahiz juga orang yang pertama kali membahas tentang rantai makanan, dan menulis contoh berikut dari rantai makanan "Nyamuk akan pergi mencari makanan mereka, yang mereka tahu secara naluri alamiah (insting) bahwa darah adalah hal yang membuat mereka tetap hidup. Begitu mereka melihat gajah, kuda nil atau hewan lain, mereka tahu bahwa kulit telah dibentuk untuk melayani mereka sebagai makanan, dan jatuh di atasnya, mereka menusukan giginya sampai dia yakin bahwa kedalamannya telah cukup untuk menghisap darah. Begitu juga lalat, walaupun mereka hinggap pada berbagai jenis makanan, namun pada prinsipnya melakukan hal yang sama dengan nyamuk. Dan pada kesimpulannya, semua hewan tidak bisa bertahan tanpa makanan, ada yang dengan berburu hewan dan ada yang diburu."
Itulah beberapa pemikiran spektakuler al-Jahiz yang sangat memberikan kontribusi besar dalam keilmuan dunia.
e.       Karya al-Jahiz
Kitab al-Jahiz yang paling fenomenal adalah Kitabu al-Hayawan. Kitab al-Hayawan adalah sebuah ensiklopedia dari tujuh volume dari tulisan bebas, penjelasan puitis dan peribahasa menggambarkan lebih dari 350 jenis binatang. Hal ini dianggap sebagai karya paling penting Al Jahiz.
Dalam Kitab Al Hayawan, al-Jahiz adalah orang pertama yang mengeluarkan ide bahwa habitat hewan mempengaruhi kehidupan dan bentuknya, yang mana dikemudian hari hal ini menjadi teori dasar dari pembentukan Teori Evolusi Darwin dan merupakan hal yang tidak dapat dijawab oleh Charles Darwin. Al-Jahiz menganggap bahwa dampak lingkungan berpengaruh terhadap kemungkinan seekor binatang untuk bertahan hidup, dan  hal pertama yang dilakukan ialah menggambarkan perjuangan untuk keeksistensiannya dari keberlangsungan seleksi alam semenjak nenek moyang hewan tersebut.Kesimpulan dari teori Al Jahiz tentang perjuangan untuk eksistensi dalam Kitab Al Hayawan telah diringkas sebagai berikut:
"Hewan harus berjuang untuk eksistensinya (jenisnya), untuk sumber daya yang tersisa, untuk menghindari dimakan dan untuk berkembang biak. Faktor lingkungan turut mempengaruhi suatu organisme untuk mengembangkan karakteristik baru untuk memastikan kelangsungan hidup jenisnya akan berubah menjadi spesiaes yang baru. Hewan yang bertahan akan berkembang biak dan mewariskan karakteristik (hasil perjuangan) mereka kepada keturunan.”
Selain karya itu beliau juga mengarang beberapa kitab lain seperti Kitab al-Bukhala (Kitab Misers atau keserakahan & ketamakan) yaitu buku kumpulan cerita tentang serakah. Humoris dan menyindir, itu adalah contoh terbaik dari gaya prosa Al-Jahiz . Kitab ini mencerminkan penelitian mendalam dari seorang manusia psikolog. Jahiz menertawakan guru-guru sekolah, pengemis, penyanyi dan ahli-ahli Taurat untuk perilaku serakah mereka. Banyak cerita dari buku ini yang terus dicetak ulang dalam majalah di seluruh dunia yang berbahasa Arab. Buku ini dianggap sebagai salah satu karya terbaik Al Jahiz. Bahkan dalam buku ini ia mengkritik kebakhilan Muawiyah bin Abi Sufyan dan filsuf al-Kindi.
Ada banyak karya lain yang jumlahnya sekitar 360 buah buku. Seperti kitab Kitab al-Bayan wa al-Tabyin  (Buku kefasihan dan Penjelasan) buku terakhirnya, Kitab al Jawari wal Moufakharat Ghilman (Kitab puji-pujian dari selir dan kasim) tentang sensualitas pada zamanya, Mufakharat Risalat al-sudan 'ala al-bidan (Keunggulan Si Hitam dari Si Putih) yang berisi penolakan terhadap politik apartheid yang memojokkan kaum hitam.

f.       Wafatnya al-Jahiz yang kontroversial
Al-Jahiz kembali ke Basra setelah menghabiskan lebih dari lima puluh tahun di Baghdad. Dia meninggal di Basra pada 869 M. Penyebab pasti kematian-Nya tidak jelas. Ada yang mengatakan dia mati karena sakit. Tetapi kisah populer adalah bahwa sebuah kecelakaan, di mana tumpukan buku-buku di  perpustakaan pribadinya, terguling dan menghimpitnya dan menyebabkan kematiannya. Ia meninggal pada usia 93. Beginilah seorang  ilmuan, pecinta buku, dan penyuka eksperimen yang tidak pernah puas dengan capain ilmu yang ia dapatkan. Sedangkan kita sekarang begitu mendapatkan sebuah prestasi kecil sudah membesarkan kepala kita sebesar-besarnya sampai dunia kita kecil-kecilkan. al-Jahiz memang sudah tiada, tapi karyanya, perjuangannya, semangatnya dalam berkarya, dan kehidupanya tak akan pernah dilupakan. Kita sebagai muslim sebaiknya membuka mata melek, bukan bersembunyi dalam ketiak sejarah. Kebebasan berpikir dan berekspresi sekarang terkungkung oleh kamanjaan situasi dan kondisi. Waktunya kita bertadabbur ikhwan. Semoga kisah kutu buku al-Jahiz, sang Mutiara Hitam ini bisa menginspirasi kita. Selamat berjuang.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar